Senin, 15 Mei 2017

The Last Chocolate (part 1)

Halo^^
kali ini saya akan memost cerita buatan saya
Sebenarnya ini sudah saya post di akun wattpad saya, tapi saya post di sini lagi
Hitung-hitung meramaikan blog ini juga.
Baiklah langsung saja, inilah cerita saya
Hope you enjoy it^^

.

.

.

《4 Februari 2017, 07:35》
《Korridor menuju perpustakaaan》

"Helena!" Panggil sebuah suara maskulin di hadapan Helena. Gadis bersurai pirang keemasan itu perlahan mengangkat kepalanya, memandang wajah orang yang memanggilnya.

"Ryan, ada apa?" tanya Helena dengan polosnya. Pemuda itu terdiam sejenak. Pandangannya tertuju pada beberapa buah buku yang berada di dalam dekapan Helena.

"Kau.... Apa mungkin kau ingin ke perpustakaan?" Bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, Ryan malah melontarkan sebuah pertanyaan baru pada Helena.

Gadis itu mengangguk, "Benar." Ryan hanya bisa menghela napas. 'Bagaimana bisa gadis ini berpikiran sesingkat itu?' batinnya dalam hati.

"Kembalilah ke kelas. Ms. Rowenn sudah menunggu," suruh Ryan alias sang ketua kelas. Helena menghela napas pelan, pandangannya ia buang ke luar jendela.

"Apa peduliku. Kau, kembali saja ke kelas. Aku akan pergi ke perpustakaan," balas gadis itu dengan nada yang lebih dingin dari sebelumnya. Ryan pun membentangkan tangannya, menghalangi jalan Helena.

"Aku tidak akan membiarkanmu lewat, Helena, setidaknya sampai kau menjawab pertanyaanku,"

"Hm?"

"Mengapa kau tidak pernah masuk ke kelas sejarah? Mengapa kau selalu menghindari Ms. Rowenn?" tanya pemuda itu. Helena kembali menghela napasnya dan memandang pemuda bersurai brunette ini tepat ke matanya.

"Karena aku membencinya." Gadis itu pun kembali melanjutkan perjalanannya ke perpustakaan, meninggalkan Ryan yang masih diam dan mematung di sana.

.

.

.

《 07:45》
《Ruang kelas XI-B》

"Permisi," ucap Ryan sebelum membuka pelan daun pintu. Seorang wanita yang berdiri di depan kelas, memandangnya dengan penuh tanda tanya dalam otaknya

"Selamat datang Terry. Silahkan duduk." Suruh Ms. Rowenn. Ryan pun segera kembali ke bangkunya. Kemudian, Ms. Rowenn segela memulai pelajaran sejarah.

TIMESKIP《09:15》

"Baiklah, pelajaran hari ini cukup sampai di sini. Kelas bubar," ujar Mr. Steward. Seketika, kelas berubah menjadi pasar.

Sang ketua kelas segera merapikan bukunya dan beranjak pergi untuk mencari Helena. Tetapi sebelum semuanya terealisasikan, datanglah seorang gadis bersurai merah datang dan menggebrak mejanya.

"Hei, ketua kelas tidak becus. Dimana Helena?" Tanya gadis itu. Ryan menggeleng.

"Aku juga tidak tahu."

"Jangan berbohong ya! Kau pikir aku percaya dengamu hah?!" Gertak gadis itu.

"Vivianne, sebenarnya apa maksudmu membentakku begini? Kau pikir ini sopan ya?" tanya Ryan yang mulai kesal.

"Ah, sudahlah! Ayo." Ajak sang gadis. Ryan terheran-heran atas ajakan gadis ini. Gadis itu mendecih, "Ayo kita cari Helena! Dasar siput!"

"Tidak usah diperintah pun aku tahu." Pemuda ini pun melenggang seenak dengkulnya. Vivianne pun berlari mengejar pemuda bersurai cokelat tersebut dengan kecepatan maksimal.

《Di lorong depan UKS》

"Tunggu, jangkung. Helena bisa saja berada di UKS," sahut Vivianne alias Vivi. Gadis itu menambahkan, "Akhir-akhir ini, ia selalu mengeluh tidak enak badan."

"Lalu, tunggu apalagi? Cepat masuk."

"Tch, tidak perlu menyuruhku!"

Gadis itu pun membuka perlahan pintu ruang UKS. Ia menapakkan kakinya ke dalam ruangan sunyi tersebut. Di kasur paling ujung terlihat tanda-tanda seorang sedang tidur di sana. Karena merasa yakin, Vivi pun mendekatinya.

"L-Lena?" Panggil Vivi. Sosok dibalik selimut itu tidak bergeming.

"Vi, bagaimana jika ia bukan Helena?"

"Perasaanku mengatakan bahwa ia adalah Helena. Minggir, aku akan menyibak selimutnya."

Dengan memberanikan diri, Viviane menarik pelan selimut yang menutupi sosok tersbut. Nampak sosok Helena yang sedang memejamkan matanya. Namun yang membuat Vivianne dan Ryan terkejut bukanlah sosok Helenam melainkan darah segar yang keluar dari hidungnya. Nampaknya ia pingsan tanpa menyadari bahwa ia mimisan.

"Ryan! Panggilkan guru atau siapapun itu! Lena!" Vivi menjadi panik. Diguncang-guncangnya tubuh kawannya itu. Tak lupa, dirabanya nadi pada pergelangan tangan Helena. Nadinya lemah. Air mata Vivi berlinang.

"Iya Mr, kami di ruang UKS! Tolong bantu teman saya!" Sayup-sayup terdengar percakapan Ryan dengan salah seorang guru melalui telepon.

《09:45》

"Vivianne, mari kembali ke kelas," Ajak pemuda bersurai brunette tersebut. Vivi menolak dan memilih untuk berdiam diri di UKS. Ryan menghela napas pelan.

"Kalau begitu, aku ke kelas. Kalau ada apa-apa hubungi aku atau guru petugas kesehatan," Ryan mengingatkan. Vivi tetap berdiam. Ryan kembali menghela napas.

Ketika Ryan berbalik, ia merasa seseorang menarik tangannya. Ia pun kembali menoleh ke belakang dan mendapati Vivi sedang memegang tangannya dan menatapnya.

"Apa menurutmu Helena baik-baik saja?" Tanya gadis itu. Ryan pun menjawab, dengan sebuah senyuman di wajahnya,

"Gadis itu pasti baik-baik saja. Aku yakin."

《5 Februari 2017, 09:30》
《Rumah Sakit Umum Westwille》

Pemuda itu terlihat ragu begitu melihat nama gadis yang tertera di pintu kamar tumah sakit nomor 40. Padahal ia sudah menyiapkan satu buket bunga dan satu keranjang buah untuk gadis dengan nama Helena Jouvelin tersebut. Dan kini, ia ragu untuk memasuki ruangan tempat Helena menginap.

Akhirnya, ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu berwarna cokelat yang senada dengan rambutnya itu. Tak lama setelah itu, pintu terbuka, menampakkan sosok seorang gadis bersurai merah kecoklatan.

"Ah, kau. Masuk." Katanya dengan nada dingin. Ryan pun mencoba mengabaikan kejutekan gadis itu dan masuk.

"Helena." Sapa Ryan begitu saja. Gadis yang disapanya hanya tersenyum kecil. Ryan pun berjalan ke samping tempat tidur Helena dan menaruh buket bunga dan sekeranjang buah pada meja di sebelah tempat tidur Helena.

"Terimakasih telah berkunjung, Ryan Terry."

"Sama-sama. Bagaimana keaaanmu, Helena?" Tanya Ryan. Helena tersenyum simpul, tetapi tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ryan menganggap itu sebagai 'baik'.

"Vivi, bisa tolong belikan aku minuman cokelat kaleng? Ada vending machine di lantai dasar."

"Baik, Lena!" Tanpa disuruh dua kali, Vivi langsung melesat kekuar kamar. Helena menghela napas dan kembali menatap Ryan.

"Yatto, futarikiri wa ne. Aku ingin meminta maaf karena aku bersikap seperti itu kemarin," kata Helena. Ryan mengangguk.

"Ya, tidak apa-apa," balas pemuda itu.

"Bagaimana dengan pentas kelas kita? Jangan bilang kau melupakannya, Ryan."

Wajah Ryan berubah menjadi pucat pasi. Padahal hari ini ia dengan kelasnya berencana akan mendiskusikan drama untuk pentas seni minggu depan. Ryan sebagai ketua kelas telah melalaikan tugasnya.

"Maafkan aku, aku benar-benar lupa akan hal itu. Tetapi aku sudah terlanjur membolos hari ini..."

"Pfft... saking khawatirnya denganku, kau sampai lupa bahwa hari ini hari libur? Kau ini lucu sekali..." tukas gadis bersurai pirang itu sembari tertawa kecil. Ryan hanya bisa menggaruk belakang kepalanya sembari tertawa hambar.

"Aku kembali Lena!" Ucap Vivianne. Di tangannya terlihat tiga kaleng minuman. Ia pun memberi satu untuk Helena dan melempar satu untuk Ryan. Gadis itu memalingkan mukanya sembari berkata pada Ryan, "Jangan salah sangka ya, aku memberimu karena aku tidak ingin dimarahi Lena!"

"Ah, terimakasih banyak. Apa aku harus menggantinya?"

"Tidak perlu. Terimakasih banyak Vivi,"

"Hei, sampai kapan kau ingin berada di sini? Kau mengganggu istirahat Lena tahu!"

"Kalau begitu... aku akan pulang. Sampai jumpa besok, Helena, Vivianne." Pemuda itu pun berjalan ke arah pintu dan keluar. Helena pun mengarahkan pandangannya ke arah Vivi.

"Vivi...-"

"Maafkan aku Lena... kupikir kau akan terganggu dengan adanya ketua kelas tidak bec--maksudku pemuda itu!" Kata Vivi sembari membungkuk di hadapan Helena. Helena hanya tersenyum kecil.

"Iya, baiklah. Tetapi..." putusnya, ia menarik napas sebelum melanjutkan kalimatnya, "Jangan memusuhinya selama aku tidak berada di sisi kalian ya." Vivianne hanya mengangguk pelan.

《6 Februari 2017, 15:15》
《Ruang kelas XI-B》

"Baiklah, aku sudah menyeleksi beberapa naskah drama untuk pentas. Sekarang kita akan mengadakan undian untuk menentukan peran. Wakil ketua, tolong bantu aku," kata Ryan. Vivianne pun maju dan membantu Ryan.

《15:20》

Ryan dan teman-teman sekelasnya cukup terkejut, pasalnya yang terpilih menjadi pemeran utama dalam peran mereka adalah Helena Jouvelin. Ryan pun berdehem dan mengumumkan orang yang terpilih beserta peran yang didapat.

"Yang mendapat peran Red Riding Hood adalah Helena Jouvelin. Sang Wolf adalah Ryan Terry. Yang menjadi pemburu adalah Pierre Nelvin. Nenek Red Riding Hood adalah Amelia Quinn. Untuk peran pelengkapnya, silahkan lihat di papan tulis."

"Hah? Masa' iya si Helena itu yang menjadi pemeran utamanya?"
"Memangnya ia bisa apa?"
"Itu Hoki"
"Helena sama Ryan? Kalau Ryan sih aku yakin tapi kalau Helena? Nggak deh."
"Aku lebih baik-"

"Cukup!" Teriak wakil ketua kelas alias Vivianne Leisenberg. Semuanya langsung terdiam. Vivianne melanjutkan, "Awas saja sampai aku mendengar kalian membicarakan yang tidak-tidak tentang Helena." Gadis bersurai scarlet itu mengancam.

"Baiklah, Leisenberg, silahkan duduk di tempat dudukmu. Kuanggap semuanya setuju dengan peran ini. Lalu kita akan mendiskusikan tentang kostum dan tata panggung...." Mereka pun melanjutkan diskusi hingga hampir pukul lima sore.

《17:10》
《Rumah Sakit Umum Westwille》

"Helena, aku masuk." Pemuda bertubuh jangkung itu pun membuka pintu ruangan dimana Helena dirawat. Terlihat Helena yang sedang menatap keluar.

"Ah, Ryan. Selamat datang."

"Aku punya kabar, entah ini baik atau buruk. Kau mau mendengarnya?" tanya Ryan sembari mengambil tempat duduk di kursi. Helena pun mengalihan pandangannya ke arah Ryan.

"Baiklah."

"Kau mendapatkan peran utama dalam drama kelas kita. Kau akan menjadi Red Riding Hood," tukas pemuda tersebut.

"Oh, begitu... Lalu, siapa yang akan memerankan serigalanya? Apakah aku akan berakhir dengan dimakan serigala?" tanya Helena. Ryan menggeleng.

"Drama yang akan kita pentaskan ceritanya sedikit berbeda dengan cerita aslinya. Ini, baca saja naskahnya."

Pemuda itu pun membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku tipis yang bersampul sky blue. Judul 'Red Riding Hood' terpampang pada sampul buku tersebut. Helena menerima buku naskah itu dan langsung membacanya.

Beberapa menit pun berlalu. Helena menutup naskah tersebut lalu mengangguk, pertanda ia menyukai jalan ceritanya. Ryan merasa lega.

"Pengembangan alur yang baik. Cerita ini cocok untuk remaja seusia kita. Kurasa aku bisa memerankannya. Berbicara tentang peran, kau jadi apa?" tanya gadis itu. Manik indigo-nya menatap Ryan lekat.

"A-aku? Ak-aku mendapatkan peran s-serigala," jawab Ryan. Terlihat semburat pink pada pipinya, yang sangat jarang sekali terlihat. Begitu pula dengan Helena.

"S-selamat ya..."

"Kau juga..."

Terjadi awkward silence di antara mereka. Dan itu sangatlah tidak nyaman. Tiba-tiba, pintu terbuka, menampakkan sesosok gadis bersurai scarlet dengan kunciran dua. Yap, ia adalah Vivianne Leisenberg.

"Kenapa kalian tberduaan saja di sini?!" Interogasi gadis itu. Ryan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Helena hanya bisa menghela napas pelan.

"Ia hanya memberitahuku tentang pentas seni, Vivi. Jangan salah sangka terhadapnya," ujar Helena menenangkan Vivi.

"Hmmph! Baiklah aku percaya! Tetapi aku percaya karena mempercayai Lena, bukan kau!" Gadis Tsundere itu berkata sembari menunjuk muka Ryan.

"Baiklah, Helena. Ini sudah malam, aku harus pulang," sahut Ryan, "aku pulang duluan. Jaga diri kalian."

Pemuda bersurai brunette itu pun beranjak dari kursinya dan keluar ruangan tersebut.

《9 Februari 2017, 09:15》
《Ruang Kelas XI-B 》

"Teman-teman, aku minta perhatian sebentar." Sahut Ryan, tepat ketika Ms. Blanc keluar kelas. Pemuda itu pun berjalan ke depan kelas. Seisi kelas yang sedang kasak-kusuk itu pun terdiam, memperhatikan pemuda itu. Pemuda itu berdehem, "Aku ingin bertanya tentang persiapan tim pengurus kostum dan properti panggung. Ketuanya?"

Dua orang mengangkat tangan. Seorang gadis bersurai dark blue dan seorang pemuda berkacamata dengan surai hitam. Ryan pun menyuruh mereka maju dan bercakap-cakap dengan mereka berdua.

Tak lama kemudian, Ryan mengumumkan bahwa sepulang sekolah kelas akan fitting kostum pentas dan merencanakan penataan panggung. Semuanya setuju dan kembali melanjutkan aktivitas mereka yang sempat tertunda.

《15:10》
《Auditorium》

"Tim kostum silahkan menuju bagian barat auditorium dan tim properti dan dekorasi silahkan rencanakan penataan panggung. Setelah fitting kostum, aku akan membantu kalian," komando Ryan. Masing-masing pun mengerjakan tugas mereka.

.

.

"Etto... Myra, sepertinya bagian ini terlalu revealing..." gumam Helena kepada gadis di hadapannya. Ia menunjuk bagian bawah dari dress one-piece yang ia pakai,

"Wah, tidak kusangka kau secantik ini. Yup, sepertinya ini pas." Myra menggumam sendiri. Sepertinya ia tidak mendengar Helena.

"Myra-"

"Selanjutnya! Helena, sekaran kau boleh menghantinya dengan seragam, lalu kembalikan ke sini ya..." tukas Myra cepat. Helena hanya bisa mengagguk pasrah.

.

.

"Mengapa aku mendapatkan peran ini?!" Jerit Vivianne saat fitting kostum. Roselle, yang menangani kostum pohon hanya bisa terkekeh geli.

《16:30》

"Apakah semuanya sudah mencoba kostum masing-masing?" tanya Ryan. Semuanya mengangguk. Ryan pun melempar senyum tipisnya, "Oke, kerja bagus semuanya. Kita pasti bisa menampilkan yang terbaik dari kelas kita!"

Semuanya bersorak senang. Ryan pun mempersilahkan teman-temannya pulang. Stelah mengurus semuanya, ia pun pulang ke rumahnya.

《10 Februari 2017, 02:30》
《Kamar Ryan Terry》

KRIING... KRIING...

Dering handphone-nya membangunkannya. Dengan segera diangkat telepon itu.

"Selamat malam," sapa Ryan.

"Ryan gawat! Helena tidak sadarkan diri lagi. Ia dirawat di rumah sakit yang sama. Cepat datang!" Seru suara di sebrang, yang ia kerahui milik Vivi. Ryan yang panik langsung melesat ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Ia pun menymbar jaket dan celana Jeans kemudian melesat ke Rumah Sakit umum menggunakan motornya.

.


.


.
To be continued...

0 komentar:

Posting Komentar