Extra part...
Anggap saja epilog. Namun karena tidak ada prolognya maka janggan dianggap epilog. Anggap saja extra part karena ini memang extra part.
Oke, abaikan yang diatas.
Langsung saja, ini extra part dari Cerita "The Last Chocolate"
Hope you enjoy it^^
.
.
.
4 tahun kemudian...
《14 Februari 2021, 10:35》
《Westwille Burial Ground》
'Helena, apakah kau mendengarkanku sekarang? Bagaimana keadaan disana?' Ucapku dalam hati. Berharap gadis itu mendengarku.
Sudah 4 tahun berlalu sejak ia pergi. Kepergiannya menorehkan luka yang cukup dalam di dalam diriku dan Vivianne. Bahkan Vivi sempat absen selama seminggu setelah kepergian Helena.
Baru kuketahui sekarang kalau penyebab kematiannya adalah suatu penyakit langka. Saat ia dinyatakan sehat oleh dokter, sebenarnya itu hanya bualannya saja agar dapat mrngikuti pentas. Dan... ternyata ia adalah anak dari Ms. Devi Rowenn, tetapi ayahnya menceraikan ibunya karena suatu hal. Tenyata Helena mempunyai banyak rahasia yang tidak kuketahui.
Hampir setiap satu bulan sekali aku mengunjungi makamnya. Terkadang aku bertemu ayah atau ibunya. Terkadang juga bertemu dengan Vivi. Terkadang aku melihat guru atau teman sekelasku sedang mengunjungi makam Helena. Berkali-kali Vivi mengingatkanku agar jangan terlalu bersedih, namun bagaimana lagi? Aku benar-benar tidak bisa melupakannya.
Namun hari ini, aku bertekad untuk tidak lagi terlarut dalam kesedihan. Aku ingin seperti Vivi yang tidak terlarut dalam kesedihannya. Aku harus mencobanya.
"Helena," panggilku. Kalau ada orang yang melihatku sekarang, mungkin mereka akan mengataiku gila karena berbicara dengan makam, "mulai sekarang, aku tidak bisa sering-sering mengunjungimu. Aku tidak mau kau terbebani dengan kesedihanku. Kalau kau masih ragu aku merelakanmu atau tidak, maka jawabanku aku sudah merelakanmu pergi." Aku menyelingi ucapanku dengan helaan napas, "Huff... Beristirahatlah dengan tenang disana, Red Riding Hood."
Aku pun bangkit. Perasaan rindu masih menyelimuti diriku. Namun segera kutepis, dengan harapan ia akan beristirahat dengan tenang jika aku tidak terlalu mengingat kepergiannya. Aku pun berbalik dan berjalan meninggalkan makamnya.
Angin hangat berhembus dibelakangku. Aku hanya tersenyum dan kembali melanjutkan jalanku.
.
.
(3rd person's pov.)
《10:55》
《Taman kota》
Pemuda bertubuh jangkung itu memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman. Pandangannya mengarah ke arena bermain anak-anak. Terdapat satu anak yang menarik perhatiannya (note: Ryan bukan pedo!!!). Rambut pirang anak itu sama persis dengan rambut milik'nya'. Belum lagi manik indigo anak itu.
Ryan pun memutuskan untuk mendekati anak itu, menanyakan identitas anak yang mungkin terpisah dari orang tuanya. Ia pun berjongkok di hadapan anak perempuan itu.
'Caranya menatapku juga sama,' batin Ryan. "Halo, apakah kamu terpisah dari orang tuamu?" tanya Ryan, seramah mungkin. Lawan bicaranya mengangguk singkat. Ryan menyunggingkan senyumnya, "Siapa namamu, gadis kecil?"
"Elena!" jawabnya. Ryan pun mengusap puncak kepala anak itu. Elena tertawa kecil.
"Mau kakak bantu mencari orang tuamu?" tanya Ryan. Elena mengangguk lagi. "Ayo kita ke pos penjaga, Helena--maksudku Elena!" ajak Ryan. Pemuda itu mengulurkan tangannya. Elena hanya menggenggam jari telunjuk Ryan, karena tangan pemuda itu terlalu besar untuk ukuran tangan Elena yang mungil. Keduanya pun berjalan beriringan ke pos penjaga taman.
.
.
.
'Akhirnya, kita bertemu kembali, Helena.'
.
.
.
Finish
.
.
.
Untuk cerita yang lain, kunjungi akun wattpad saya
https://www.wattpad.com/user/Lala_ladya7
atau
https://www.wattpad.com/user/KiyomizuAmaya7
Awas kalo sampai di-copas!!!!
Anggap saja epilog. Namun karena tidak ada prolognya maka janggan dianggap epilog. Anggap saja extra part karena ini memang extra part.
Oke, abaikan yang diatas.
Langsung saja, ini extra part dari Cerita "The Last Chocolate"
Hope you enjoy it^^
.
.
.
4 tahun kemudian...
《14 Februari 2021, 10:35》
《Westwille Burial Ground》
'Helena, apakah kau mendengarkanku sekarang? Bagaimana keadaan disana?' Ucapku dalam hati. Berharap gadis itu mendengarku.
Sudah 4 tahun berlalu sejak ia pergi. Kepergiannya menorehkan luka yang cukup dalam di dalam diriku dan Vivianne. Bahkan Vivi sempat absen selama seminggu setelah kepergian Helena.
Baru kuketahui sekarang kalau penyebab kematiannya adalah suatu penyakit langka. Saat ia dinyatakan sehat oleh dokter, sebenarnya itu hanya bualannya saja agar dapat mrngikuti pentas. Dan... ternyata ia adalah anak dari Ms. Devi Rowenn, tetapi ayahnya menceraikan ibunya karena suatu hal. Tenyata Helena mempunyai banyak rahasia yang tidak kuketahui.
Hampir setiap satu bulan sekali aku mengunjungi makamnya. Terkadang aku bertemu ayah atau ibunya. Terkadang juga bertemu dengan Vivi. Terkadang aku melihat guru atau teman sekelasku sedang mengunjungi makam Helena. Berkali-kali Vivi mengingatkanku agar jangan terlalu bersedih, namun bagaimana lagi? Aku benar-benar tidak bisa melupakannya.
Namun hari ini, aku bertekad untuk tidak lagi terlarut dalam kesedihan. Aku ingin seperti Vivi yang tidak terlarut dalam kesedihannya. Aku harus mencobanya.
"Helena," panggilku. Kalau ada orang yang melihatku sekarang, mungkin mereka akan mengataiku gila karena berbicara dengan makam, "mulai sekarang, aku tidak bisa sering-sering mengunjungimu. Aku tidak mau kau terbebani dengan kesedihanku. Kalau kau masih ragu aku merelakanmu atau tidak, maka jawabanku aku sudah merelakanmu pergi." Aku menyelingi ucapanku dengan helaan napas, "Huff... Beristirahatlah dengan tenang disana, Red Riding Hood."
Aku pun bangkit. Perasaan rindu masih menyelimuti diriku. Namun segera kutepis, dengan harapan ia akan beristirahat dengan tenang jika aku tidak terlalu mengingat kepergiannya. Aku pun berbalik dan berjalan meninggalkan makamnya.
Angin hangat berhembus dibelakangku. Aku hanya tersenyum dan kembali melanjutkan jalanku.
.
.
(3rd person's pov.)
《10:55》
《Taman kota》
Pemuda bertubuh jangkung itu memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman. Pandangannya mengarah ke arena bermain anak-anak. Terdapat satu anak yang menarik perhatiannya (note: Ryan bukan pedo!!!). Rambut pirang anak itu sama persis dengan rambut milik'nya'. Belum lagi manik indigo anak itu.
Ryan pun memutuskan untuk mendekati anak itu, menanyakan identitas anak yang mungkin terpisah dari orang tuanya. Ia pun berjongkok di hadapan anak perempuan itu.
'Caranya menatapku juga sama,' batin Ryan. "Halo, apakah kamu terpisah dari orang tuamu?" tanya Ryan, seramah mungkin. Lawan bicaranya mengangguk singkat. Ryan menyunggingkan senyumnya, "Siapa namamu, gadis kecil?"
"Elena!" jawabnya. Ryan pun mengusap puncak kepala anak itu. Elena tertawa kecil.
"Mau kakak bantu mencari orang tuamu?" tanya Ryan. Elena mengangguk lagi. "Ayo kita ke pos penjaga, Helena--maksudku Elena!" ajak Ryan. Pemuda itu mengulurkan tangannya. Elena hanya menggenggam jari telunjuk Ryan, karena tangan pemuda itu terlalu besar untuk ukuran tangan Elena yang mungil. Keduanya pun berjalan beriringan ke pos penjaga taman.
.
.
.
'Akhirnya, kita bertemu kembali, Helena.'
.
.
.
Finish
.
.
.
Untuk cerita yang lain, kunjungi akun wattpad saya
https://www.wattpad.com/user/Lala_ladya7
atau
https://www.wattpad.com/user/KiyomizuAmaya7
Awas kalo sampai di-copas!!!!